AGAMA DALAM MASYARAKAT


NAMA     : Edward Evbert Angkouw
KELAS    : 1KA20






Kaitan Agama & Masyarakat dapat dibuktikan dengan adanya pengetahuan agama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, figur Nabi, pemahaman religi yang memperkuat adanya Tuhan Yang Maha Esa.


1. Apa yang menjadi fungsi agama dalam masyarakat ?

2. Bagaimana menjaga harmonisasi antar umat beragama di Indonesia ?

3. Bagaimana penerapan nilai-nilai, norma-norma keagamaan agar mampu mendorong pola fikir manusia (masyarakat) agar terhindar dari pebuatan tercela seperti melakukan tindak korupsi, menyakiti sesama misalnya dengan menyebar fitnah, minum yang beralkohol atau narkoba ?

4. Menurut anda bagaimana Agama dapat menyatukan visi misi mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa ?

Jawab:

I. Fungsi agama dalam masyarakat adalah untuk :

1.    Sebagai sarana pendidikan
Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai dengan perintah atau larangan yang harus dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing.

2.    Sebagai sarana untuk keselamatan
Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa lalu. Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan cara agar hati tenang.

3.    Sebagai jembatan perdamian dunia
Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki tarusan negara dengan ideologi dan agama yang berbeda beda, tetapi  semua negara dilandasi rasa saling menghormati hak asasi manusia , saling menghargai, mengutamakan persamaan derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau penghujatan terhadap orang lain  dan tidak saling merasa benar , maka perdamian dunia akan selalu tercipta hingga akhir jaman.

4.    Sebagai alat untuk sosial
Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia  ataau tentang aktifitas yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak baik antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau tentang  kezoliman yang berkembang pada sistem kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama ( walaupun berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas untuk menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.

5.    Sebagai jenjang hidup yang baru
Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan melaarang manusia untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain apapun bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang dalam bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan mampu mengubah pribadi seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan yaang baru yaitu kehidupan yang lebih baik dan mencapai spiritualnya masing masing.

6.    Sebagai tempat untuk berinteaksi
Pada dasarnya Ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun didunia. agama mengajarkan manusia untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain).  Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam masyarakat .

7.    Sebagai semangat kreatifitas
Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan atau kejahatan kejahatan yang merugikan orang lain. semangat kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling bekerja sama dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat untuk kemajuan bangsa dan negara.

8.    Sebagai identitas diri
Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang beragama dan tidak atheisme (Tidak beragama).  identitas tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda penduduk, paspor dan surat surat penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah didunia.

9.    Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis
Yaitu yang mengajarkan tentang cara bagaimana berprilaku yang baik yang sesuai norma, moral dan aturan aturan , perintah serta larangan larangan yang berhubungan dengahn etika bermasyarakat. yang bertujuan agar mudah tercipta krukunaan , saling menghormati dan hidup saling berdampingan tanpa mengenal perbedaan agama ataupun tradisi.

10. Agama juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan
Yaitu sebagai benteng kekuatan yang tidak mengenal ruang dan waktu karena berperan besar dalam mempengaruhi prilaku dan sikap manusia secara individu ataupun secara sosial, kalimat ini pernah  dinyatakan oleh seorang pakar ahli sosiologi yang bernama Emile Durkhien.

11. Agama juga bisa disebut sebagai kebanggaan
Yaitu memiliki agama berarti memiliki kebangaan karena mempunyai tuhan tempat kita berserah diri, memohon bantuan dan sarana untuk beribadah agar menjadi manusia bisa lebih dekat dengan yang maha kuasa dan menjadi pribadi yang lebih baik.  agama sebagai kebanggaan diri secara pribadi tetapi bukan untuk dipertunjukan dalam bentuk keangkuhan, pamer atau kesombongan. karena keangkuhan hanya akan membuat jarak kita dengan orang lain menjadi menpunyai dinding batas untuk saling berinteraksi. hal ini disebabkan pada dasarnya manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan bangga dengan tujuan untuk menyombongkan diri.

II. Cara menjaga harmonisasi antar umat beragama di Indonesia adalah dengan cara :

1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara atau Pemerintah. 

Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi dari konsep trilogi kerukunan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya mewujudkan dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu. Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang telah diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar konteks yang berkaitan dengan hal itu.

 III.        Penerapan nilai-nilai, norma-norma keagamaan agar mampu mendorong pola fikir manusia (masyarakat) agar terhindar dari pebuatan tercela seperti melakukan tindak korupsi, menyakiti sesama misalnya dengan menyebar fitnah, minum yang beralkohol atau narkoba adalah dengan cara mengartikan agama kedalam keseharuan hidupnya. Norma agama ialah tuntutan hidup manusia menuju ke arah yang lebih baik dan benar. Di samping itu, norma agama mengatur kewajiban manusia kepada Tuhan, diri sendiri dan sesama. Pelanggaran terhadap norma agama akan mendatangkan sanksi dari Tuhan.
Tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang dapat berubah-ubah, kadang meningkat dan kadang menurun. Agar keimanan dan ketakwaan seseorang lebih mantap, maka perlu adanya upaya-upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui berbagai peribadatan dan kegiatan lainnya serta mendaami ilmi pengetahuan.
Iman dan takwa ialah wujud dari pelaksanaan norma agama. Cara-cara untuk menerapkan norma agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah sebagai berikut:
1)    Rajin beribadah
2)    Menolong sesama, terutama yang berkekurangan.
3)    Memberikan sebagian harta kepada kerabat, anak yatim, dan orang-orang miskin.
4)    Bertutur kata yang sopan.
5)    Menjauhi perkataan dan perbuatan yang tidak berguna
6)    Memberikan sumabngan
7)    Menghargai tetangga dan tamu
8)    Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri.
9)    Menepati janji
10) Sabar dalam menghadapi kesusahan, penderitaan serta cobaan.
11) Menahan amarah dan tidak emosional.
12) Lapang dada dan pemaaf.

IV. Agama dapat menyatukan visi misi mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa adalah dengan menanamkan dasar-dasar nilai agama dalam dirinya. Peran Agama dalam persatuan dan kesatuan bangsa.

Agama kelihatan telah menjadi faktor pemecah-belah. Selama setahun terakhir ini, telah terjadi banyak kasus kebringasan massal dalam masyarakat yang sering kelihatan terkaitkan dengan sentimen keagamaan.
Sebab itu, persatuan bangsa kedengaran ironis.Tetapi kerukunan dan kerjasama antar berbagai kelompok agama merupakan keharusan, kalau dengan membentuk Indonesia merdeka sebagai negara-bangsa, kita semua bertekad untuk terus hidup demokratis, dan damai.
Kini rasanya kita mengalami kemunduran dalam pemeliharaan persatuan bangsa, terutama dalam pengertian ras dan keagamaan, kalaupun dalam arti etnis dan budaya kita sudah banyak mencapai kemajuan. Yang seringkali dilupakan orang kelihatannya adalah bahwa kebangsaan Indonesia merupakan konsep politik, tidak didasarkan atas ikatan etnis, rasial, keagamaan, kultural, bahasa, atau ikatan-ikatan sektarian atau “primordial” lainnya. Bangsa Indonesia dibentuk oleh kehendak “bangsa-bangsa” dalam arti sempit (Jawa, Sunda, Minangkabau, dsb.) untuk hidup bersama dan senasib-sepenanggungan dalam suatu bangsa baru, yaitu bangsa Indonesia, sehingga Indonesia merdeka yang hendak didirikan akan merupakan negara-bangsa, dalam wilayah tanah air Indonesia, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang merupakan konsensus atau kompromi antara bahasa berbagai “bangsa” dalam pengertian sempit tadi. Itulah yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Pemikiran dan aspirasi politik itulah yang merupakan faktor pemersatu utama bangsa Indonesia. Kemudian, dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi negara, sebenarnya berbagai agama yang hidup dalam masyarakat Indonesia dipersatukan oleh sila Ketuhanan YME.
Implikasi konsep kebangsaan itu ialah bahwa tiada kelompok dalam Indonesia merdeka, besar atau kecil, apa pun dasar atau ikatannya, mempunyai kedudukan istimewa atau menikmati hak-hak istimewa. Semua orang dan semua kelompok mempunyai hak, kesempatan dan kewajiban atau komitmen yang sama sebagai warga negara dan berkedudukan sama (equal) di depan hukum
Apakah musuh bersama yang akan selalu dapat mempersatukan bangsa? Musuh bersama itu terutama adalah ketidakadilan. Kita tidak dapat memelihara persatuan dan integrasi bangsa tanpa mengusahakan pemerataan atau mewujudkan keadilan. Tiada orang atau kelompok bersedia diajak bersatu atau berintegrasi jika dalam persatuan itu dia atau mereka merasa diperlakukan secara tidak adil, atau menderita sesuatu bentuk ketidakadilan seperti diskriminasi, apa pun dasarnya, yang menyangkut kepentingannya.
Sebab itu inti masalahnya adalah, bagaimana berbagai golongan agama di Indonesia dapat bekerjasama dalam perjuangan menegakkan keadilan, di samping menanggulangi masalah-masalah bersama lainnya, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan lingkungan hidup, yang melampaui batas-batas keagamaan, etnis, rasial, bahasa ataupun budaya.
Keadilan merupakan prinsip, norma, atau sikap, yang menuntut persa­maan. Dalam pengertian ini keadilan sama dengan asas demo­krasi sebagai suatu cita-cita. Sebab itu demokrasi dan keadilan saling berkaitan, bahkan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Demokrasi menuntut persamaan dan keadilan, sedang keadilan dalam masyarakat atau keadilan so­sial hanya dapat diwujudkan secara lebih baik dalam sistem demokrasi.
Tuntutan atas persamaan itu ialah agar hak setiap orang di­hormati dan semua manusia diperlakukan secara sama, karena semua manusia diciptakan sama di hadapan Tuhan. Ini berlaku pada kepentingan manusia dalam semua hidang kehidupan.


Comments

Popular Posts